Dalam artikel islam kali ini berikut saya sajikan tentang metode pengkajian hadist yang dilakukan oleh kaum orientalis barat yang menyesatkan. Artikel ini berisikan tentang ciri-ciri dari karya orientalis Barat (Siimatu Buhuutshim) serta pandangan tokoh orientalis Prof. Goldziher dan bantahannya.
A. CIRI-CIRI HADIST DARI KARYA ORIENTALIS BARAT (Siimatu buhuutsihim)
1. Didasari sikap buruk sangka, baik terhadap landasan-landasan, nilai-nilai, maupun hal lain yang berkaitan dg Islam (su'uzhan al fahmi likulli ma yattashilu bil Islam), sehingga hasil-hasil penelitian dan karya-karya mereka adalah keraguan terhadap Islam (syakkun) dan kesimpulan-kesimpulan yang mereka buat Gambar1:Ignác Goldziher keliru (khatha'an).
2. Didasari sikap buruk sangka terhadap para ulama-ulama Islam serta para pemimpin-pemimpin Islam (su'uzhan bi rijalil muslimina wa 'ulama'ihim wa 'uzhama'ihim), sehingga tidak ada ajaran-ajaran Islam yang dapat diterima oleh mereka.
3. Memberikan gambaran bahwa masyarakat Islam adalah masyarakat yang senang berselisih/berada pada periode peperangan (tashawwuril mujtama'ul islami fi mukhtalifil 'ushur/mujtama'ul mutafakkik). Kesan ini terutama ditujukan pada masa-masa awal Islam, pertentangan-pertentangan kecil dibesar-besarkan. Seperti pertentangan antara Ali ra dengan Mu'awiyyah ra, antara Ali ra dengan Aisyah ra.
4. Melukiskan kebudayaan/peradaban Islam dengan gambaran yang tidak sesuai, ditambahi penyimpangan-penyimpangan dan khayalan-khayalan mereka disana-sini (tashawwurul hadharatil islamiyyati tashawwuran duna waqi'in). Seperti kitab-kitab yang mereka gunakan acuan dalam sejarah Islam mereka ambil dari kitab-kitab karangan para pujangga dan penyair-penyair. Dan tidak mengambil dari sumber yang shahih.
5. Melihat Islam hanya dari sisi pertentangannya saja/bodoh terhadap sifat masyarakat Islam yang hakiki (al jahlu bi thabi'atil mujtama'il islami 'ala haqiqatihi). Mereka melihat masyarakat Islam dengan menyamakannya dengan bangsa-bangsa mereka zaman dahulu.
6. Sudah lebih dulu membuat prakonsepsi/batasan-batasan terhadap nash-nash Islam, yang disesuaikan dg pemikiran mereka (ikhdha'in nushushi li fikratihim). Seperti ayat Qur'an mereka tafsirkan sendiri, makna hadits mereka tafsirkan sendiri disesuaikan dengan fikrah mereka.
7. Mengadakan penyimpangan terhadap nash-nash baik yang tekstual maupun kontekstual (maksudnya) dan jika tidak dapat juga mereka simpangkan secara langsung karena jelasnya makna nash tersebut, maka mereka melakukannya dengan melalui perumpamaan-peurmpamaan (tahrifuhum lin nushushi minal ahyani maqshudan bil 'ibarat).
8. Memberikan status hukum sendiri terhadap referensi-referensi keislaman (tahakkumuhum lil mashadir), artinya mereka menentukan sendiri standar bagi referensi-referensi Islam tersebut. Seperti menshahihkan kitab al-Hayawan karangan ad-Damiri sebagai kitab hadits shahih, padahal kitab itu tentang bahasa Arab, disisi lain mendustakan kitab al-Muwaththa' karangan Imam Malik padahal kitab ini merupakan kitab induk hadits-hadits shahih. Dalam mempelajari fiqh Islam mereka gunakan kitab-kitab tarikh seperti Tarikh at-Thabari, as-Sirah karangan Ibnu Hisyam; dan lain-lain.
B. PANDANGAN TOKOH ORIENTALIS PROF. GOLDZIHER DAN BANTAHANNYA
1.Dalam masalah hadits, periode shahabat ra dianggap periode primordial/kanak-kanak ('ahdu thufulah), sehingga hadits dianggapnya masih kanak-kanak dan belum matang pada masa itu, oleh karenanya maka as-sunnah menurutnya adalah bukan sesuatu yang baku/ketetapan dalam hukum karena masih belum sempurna. BANTAHANNYA: Mereka menganggap perkembangan suatu generasi adalah seperti perkembangan manusia (anak-remaja-dewasa-tua). Ini prakonsepsi yg salah, karena kematangan suatu kaum tidak ditentukan oleh waktu, tetapi ditentukan oleh bagaimana tingkat konsistensi sistem kehidupannya (soliditas hukum, tatanan masyarakatnya dan tingkat peradabannya). Jika menggunakan konsepsi mereka, maka bagaimana mungkin pada masa itu bisa tercipta sebuah tatanan masyarakat yang sangat tinggi sehingga mampu mengalahkan 2 super-power dunia saat itu yaitu Byzantium dan Persia.
2. Dia juga menganggap periode perkembangan Islam saat awal tersebut belum matang yang kemudian baru matang pada abad-abad selanjutnya. BANTAHANNNYA: Pendapat ini pula yang dikemukakan oleh cak Nur yg menyatakan bahwa masa kesempurnaan Islam ada pada masa Abbasiyyah, padahal pada kenyataannya masa Abbasiyyah ini Islam telah dirusak oleh berbagai pemikiran yang menyimpang, seperti filsafat Yunani, dan berkembangnya berbagai aliran sempalan seperti Syi'ah, Mu'tazilah, Khawarij, Murji'ah dan sebagainya.
3. Diapun menjelek-jelekkan para pemimpin bani Umayyah dan mencap mereka semua sebagai ahli duniawi dan para penjajah Islam. BANTAHANNNYA: Hal ini tidak benar berdasarkan argumentasi sebagai berikut:
a. Pada masa itu justru dilakukan pengumpulan hadits yang sebelumnya masih terpencar-pencar di berbagai daerah dan dilakukan pula pengklasifikasinnya secara tertulis dan ilmiah.
b. Tentang tuduhan bahwa mereka ahli dunia, maka banyak khalifah bani Umayyah yg sangat abid dan alim, salah seorang diantaranya adalah khalifah Abdul Malik bin Marwan yg digelari "burung dara mesjid" (hamamatul masjid), karena setiap selesai tugas-tugas pemerintahannya ia senantiasa menangis di mesjid. Kesaksian sahabat Ibnu Umar ra saat ditanya siapa pengganti khalifah Marwan? Dijawab oleh Ibnu Umar ra : Shullu hadzal ghulam! (Pilih oleh kalian semua anak muda ini!).
c. Dan masih banyak khalifah-khalifah bani Umayyah lainnya seperti Abdul Aziz dan anaknya Umar yang anaknya ini digelari sebagai khalifah rasyidin kelima, karena selama 2,5 th pemerintahannya kaum muslimin berada dalam kemakmuran dan kehidupan beragama yang luar biasa bagusnya.
d. Bahwa semua mesjid dibangun dan diperbaiki pada masa ini, seperti Walid bin Abdul Malik adalah yang membangun mesjid al-Quds (al-Aqsha) di Palestina, setelah hancur dibakar orang Yahudi.
4. Diapun mencurigai dan menuduh para ulama besar tabi'in agar kaum muslimin tidak percaya pada mereka. Diantaranya adalah tuduhan mereka pada Imam az-Zuhri (Abubakar bin Muslim, salah seorang tabi'in, wafat th 51-H) sebagai pendusta dan penjilat para penguasa. Padahal Imam az-Zuhri (rahimahullah) adalah seorang hafizh hadits guru dari Imam abu Hanifah (pemimpin mazhab Hanafi). Imam az Zuhri ini adalah guru khalifah Abdul Malik bin Marwan, dan ia adalah salah seorang jenius ummat ini, pada usia 10 th ia sudah mampu menghafal al-Qur'an dalam 80 hari! Demikian cerdasnya beliau ini sehingga tidak ada satu katapun yang didengarnya kecuali ia hafal seumur hidupnya, sehingga pernah Imam Sa'id bin Musayyib (guru Imam Malik) tidak sempat menghadiri pidato khalifah yang cukup panjang (6 jam), maka dipanggillah Imam az-Zuhri untuk menceritakannya, maka disampaikan kembali oleh az-Zuhri selama 6 jam pula lengkap dengan titik dan komanya. Beliau rahimahullah jika masuk di pasar selalu menutup telinganya, karena takut berdosa, sebab setiap perkataan yg didengarnya pasti ia hafal seumur hidupnya .
Sumber : (Fahmu As Sunnah fil Jami'ah Al-Musytasyrikun fil Gharb)
Oleh : Dr. Daud Rasyid, MA
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar Anda...